Harus diakui blogging alias ngeblog telah menjadi sebuah fenomena baru yang unik. Tumbuh dengan sangat pesat tanpa mengenal umur dan strata social. Blog seolah menjadi kanal ajaib yang membuat dunia semakin tanpa batas, tanpa sekat. Seseorang yang bukan siapa-siapa dapat dikenal luas seantero jagat berkat tulisannya di blog.
Kebebasan Berekspresi
Awalnya, blog merupakan catatan dan komentar pribadi atau kelompok orang secara terbuka di internet. Pertumbuhan blog semakin pesat seiring dengan meluasnya fasilitas di internet. Banyak perusahaan online memberikan ruang gratis bagi para anggotanya untuk membuat situs. Setelah itu peminat blog meluas, tidak hanya individual, tapi juga merambah ke perusahaan-perusahaan besar. Isinya beragam. Mulai dari catatan harian sampai kolom opini tentang peristiwa actual.
Maraknya pengguna blog, tidak bisa lepas dari faktor sosiokultural masyarakat Indonesia. Tidak ada yang menyangkal, salah satu ciri yang menonjol pada masyarakat kita adalah tingginya keinginan untuk selalu bisa bersosialisasi. Interaksi mereka biasanya dilakukan secara langsung atau face to face. Ketika zaman berjalan dan teknologi berkembang, internet memberi ruang untuk melakukan ajang sosialisasi, yang lebih leluasa, tidak terbatas ruang dan waktu.
Lewat internet juga, muncul keinginan untuk meluapkan kebebasan bereksperi di dunia maya. Secara tidak langsung sebenarnya ikut menggeser budaya masyarakat kearah individualis. Maka mulailah keluar beragam karya. Salah satunya berupa tulisan melalui blog. Ada juga yang berisi agenda harian. ”Jika sebelumnya cenderung bersifat privat, namun kini masyarakat justru menjadi tidak sungkan untuk mempublikasikan diary-nya ke publik,” ujar Indra KH, pengamat IT
Citizen Journalism
Dalam perkembangannya, fenomena blog ini akan mendorong munculnya apa yang dikenal dengan citizen jourlism. Tiap orang kelak akan bisa menjadi penulis atau wartawan. Kenapa demikian? Mereka tidak lagi terikat dengan rumus buku jurnalistik 5W + 1H (who, what, why, when, where+how). Dengan hanya menggunakan 3W, misalnya, sudah cukup untuk membuat sebuah berita menarik dengan gaya bahasa yang sederhana. Yang jelas, cara ini memungkinkan banyak orang bisa melakukannya.
Pendapat serupa dikemukakan oleh blogger senior Wimar Witoelar (www.perspektif.net). Menurut Wilmar, seorang penulis tidak lagi dianggap paling tahu. Pendapatnya bisa dikritisi oleh siapapun. “Lewat blog inilah akan tercipta citizen journalism, dimana setiap orang bebas berpendapat,” ujarnya. Apalagi, tambahnya, sistem politik Indonesia selama bertahun-tahun melarang rakyat untuk bersikap jujur. ”Namun lewat blog mereka bisa menuliskan perasaan, pandangan dan sikap secara jujur,” katanya.
Munculnya citizen journalism diyakini akan dapat mengubah keadaan yang ada sekarang ini. Daya kritis masyarakat semakin kuat. Perubahan sosial pun akan berlangsung lebih cepat. Lewat citizen journalism ini pula kontrol terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi di masyarakat akan lebih terbuka.
Go Blog
Blog singkatan dari istilah web blog yang dipopulerkan pertama kali oleh John Barger pada 1997. Dua tahun kemudian Peter Merholz, secara bercanda, memecah kata ”weblog” menjadi ”we blog” di situsnya peterme.com. Sejak itu istilah blog populer dan diadaptasi sebagai kata kerja atau kata benda.
Kini blog bukan lagi sekadar wadah bagi penggila internet. Banyak tokoh politik, atlet dan selebriti membuat blog. Lucy Liu yang menjadi Duta Besar Unicef, selalu menuliskan pengalamannya selama di Kongo di blog-nya.
Posted by : http://twice-k.blogspot.com
Source : Majalah "Telkomsel Priority" No. 03 Edisi Februari-April 2008